poem...poem...poem...penganggur


"Aksara-aksara gerogoti saja di otak, agar aku bisa dengan seksama mengukir kata prakata.... menjadi kalimat. Hingga pemerolehan kepuasan dapat membinasakan asa dan rasa, jadikan pelipur lara hati... terhadap jebak-jebak sendiri yang turut andil mengayomi......"








usai wisuda,
"Kembali ke kandang, berkutat pada rutinitas monoton karena panggilan kerja tak kunjung datang. entah sampai kapan waktu itu akan datang, membayang....
Perihal jawaban hanya Ilahi- lah yang menentukan, tenanglah tenang....Peluklah RabbMu, agar Ia memberimu secuil inginmu yang kini membendung.
Percayalah lentera-lentera ilahi menghiasi cercahan harapmu, semoga dan disemogakan...
Meski lama-lah yang dirasa akan sebuah keputus asaan, akan kenestapaan harap, tetap lah ikhtiar pantang menyerah!" [ 27.04.2018 ]
"Untuk kesekian kalinya, ku lelah menjadi pelaku dalam cerita hidupnya berwujud curhatan runtun.... Mengertilah tidak semua insan "enggan" untuk mendengarkan keluh kesah hidupmu padasetiap massa... Terlebih balada hidupmu yang bertahun-tahun tak kunjung menuai penyelesaian..." [ 25.03.2018 ]




[ 01.01.2018 ] Penghujung awal tahun 2018...
"Carilah pekerjaan sesuai dengan keinginan, minat, passion, tekad, bakat dan campur tangan Allah... Bukan perihal saran insan yang inginkan kamu tetap tinggal pada tempat metamorfosismu, dan juga bukan karena halulalang yang menitikberatkan satu insan ditempat... kamu bukan mengabdinya"

"Jika sakit hatilah bermuara rasa pada satu insan, maka saudara kandungnya-lah mengikutsertakan. Ketersakitan yang kau beri, kelak akan cipta bom waktu untuk pembalasan akan sebuah karma...
Bukan menyumpahi akan sumpah serapah yang kami ucap... Namun hukum alam-lah yang berhak menjadi saksi akan rasa perih yang kau tegukkan disetiap detik. Kala satu atap bersama..."

"Campur tanganmu takkan menggubahnya menjadi diriku inginkan. Lekuk suara padu padan mimikmu, takkan aku telan begitu saja. Hidup bolehlah ku dan kau saling tau. Namun.... keintimanku dan kau bukan menjadi bala ukur untuk mengetahui suatu perkara hidupku.... sebegitu sebaliknya..."


[ Mei, Wish.... ]
"Tuhan ikut andil akan jingga yang menetap pada senja, hingga romantisnya menjadi sepasang yang dinanti setiap insan... Tuhan ikut serta membaurkan akan sebuah rasa kasih dan sayang, hingga kedua insan digubahnya menjadi sepasang halal untuk menuai keberkahan hidup..... Tuhan selalu bersama hamba-hambaNya yang sepersekian detik berjuang sembari bersujud, akan sebuah perjuangan teruntuk masa depan yang (katakan) gemilang..."

Sekelibat Temu, Anak Ayah Kandungku


Haiii...
Aku kembali disini, 
cukup lama aku menanggalkan Blog Pribadiku ini selama dua tahun,
Aku ingin kembali menulis.....
Aku ingin mengangkat penaku disini, pena kehidupanku...
Ijinkan aku menulis kembali,



2016 - 2017
Hidupku menuai beragam warna sendu sembab
Aku Ingin kembali menulis disini...
Aku ingin menceritakan sekelibat imaji nyata transformasi massa tumbuh kembangku,
Ijinkan aku kembali menulis dengan imaji-imaji di fikiran yang berhalulalang inginkan menghimpun kembali akan coba hidup yang lalu datang.... 

------------------------------------------------------

  
Sekelibat Temu, Anak Ayah Kandungku....
 08.03.2018

Hatiku sudah kuat tatkala melihat dia untuk pertamanya,

kedua bola mata kami bertatap seraya tangan kami bersanding tuk berjabat.

Meski miris memang bila ditelisik masa kelam diri sendiri, mengiba...
Dahulu kala, dimasa kecilku kini bertandang menuju dewasa usiaku 24 tahun.

 

Senyum tipisku menguak tajam kepada paras wajahnya dan keelokan tubuhnya.

Aku turut andil menyelidiki rupa cantik, anak Ayah kandungku...


Berjilbab oranye, dress jeans berwarna navy dengan aksen warna-warni corak bunga bermekaran... 

Hingga aku pikir sandang yang ia pakai turut andil mengutarakan isyarat hidupnya sangat bahagia, nan berlaku pamer dirinya bersama Ayah kandungku.

Oh!
Maaf, niatanku datang kesini hanyalah melayat nenekku, ibu dari Ayah kandungku..
Aku tak mengerti dan tak melulu peduli perihal statusnya di keluarga besar Ayah kandungku... mungkin dia termasuk cucu dan anggota dari keluarga besar Ayah kandungku, bisa dikata demikian? Rupanya beberapa bukti sudah terlihat aktif, salah satunya ia dan wanita itu ikut serta melayat nenekku.

Detik berputar,

Aku terngiang, seketika mengingatnya
Betapa imajiku berputar-putar bebas, akan pesonanya mengibaskan sudah kasih sayang seorang Ayah kandungku, direnggut begitu akan kelahirannya dari rahim wanita lain.

Dia tak berdosa,
Buah cinta kedua insan yang dilahirkannya, tak pernah aku rasa dia berdosa... hanyalah kedua insanlah yang perlulah berdosa.

Namun, aku kembali bertanya-tanya seketika saja jabat tangan singkat itu berlalu.
Sudahlah, lupakan sejenak. Aku tak akan memperdulikan... Aku mengingat akan kuasa Tuhan mengajarkan hambaNya untuk belajar ikhlas.
Benar aku ikhlas, benar sudah tanyakan lagi lah hatiku benar ikhlas..

Keikhlasan ini mendewasakanku, untuk menganggapnya didunia ini.
Meski ia dilahirkan akan proses berzina, dirahim. Bukan Ibu kandungku...
Namun ia tercipta dari salah satu sperma aktif yang fasih menempel dan membentuk fase kehidupan didunia, dimiliki Ayah kandungku.

Hingga kini ia sudah lincah duduk dibangku perguruan tinggi negeri, yang notabene dibangga-banggakan Ayah Kandungku,. Meski perjalanan hidupnya sangat asyik ditelisik karena keikutsertaan kasih sayang Ayah kandungku, diperolehnya begitu saja. 


Menarik, ia tumbuh dewasa dengan sorot mata dan nasihat-nasihat dari Ayah kandungku. 


Bilamana dibandingkan, sudah...
tak usah melulu,
menunggulah waktu, hingga aku kembali disini...

meneruskan cerita-cerita hingga kalian petiklah hidup yang bermakna,
 


Aku Ingin Kembali Menulis..

JEJAK SEHARI BERSAMA SRAGEN

SRAGEN – Sragen merupakan kabupaten yang ada diprovinsi Jawa Tengah, terletak kurang lebih 30 km timur kota Surakarta. Kabupaten Sragen memiliki julukan Bumi Sukowati, karena nama Sukowati digunakan pada masa pemerintahan Kerajaan Surakarta. Sragen mempunyai potensi wisata yang tidak kalah menariknya dengan daerah lain, salah satunya terkenal ditelinga masyarakat luar daerah, yakni berbagai macam situs prasejarah terletak di Desa Sangiran, Kalijambe, desa ini menampung benda-benda bersejarah yang ditemukan disekitar lokasi. misalnya: museum Sangiran, museum Bukuran, museum Klayar dan lain sebagainya.
Liburan hemat kali ini tidak berada dimuseum biasanya. Blusukan pertama yakni didusun Pungkruk, desa Doyong, kecamatan Miri, Sragen. Bermodalkan sepeda motor, kali ini saya akan menelusuri keindahan Kota Sragen ini. Tiba didusun Doyong dengan cuaca terik matahari yang menampangkan segala keindahannya, menjadi gairah tersendiri bagi saya. Namun sedikit kebingungan saya ketika sampai dilokasi yang saya tuju, yakni keamanan sepeda motor saya, dengan sedikit keberanian akhirnya saya berhasil meminta izin kepada warga sekitar untuk menitipkan sepeda motor dan juga sedikit bertanya perihal nama air terjun tersebut.

Benar saja, air terjun desa Doyong Miri ini dinamai warga air terjun Dung Grujug yang terletak di kali Pungkruk yang tidak lain adalah terusan dari sungai kedung kancil yang biasa bermuara diWaduk Kedung Ombo, Sumber lawang. Setelah menapaki jalan setapak yang agak licin dan berbelok-belok untuk menuju sumber suara dengan gagahnya memperlihatkan derau air, untuk jaraknya kurang lebih 500 meter. Setelah berhasil menuju air terjun, saya terbelalak dengan eksotis alami air terjun dung Grujug ini. Keelokan air terjun Dung Grujug ini menambah dengan memperlihatkan batu-batu karang yang membentuk motif garis-garis mendatar, motif terbentuk karena adanya gerusan air secara terus menerus selama bertahun-tahun.
Saya sempat menikmati derau air dan angin yang menggelitik kulit saya, ditambah lagi spot mancing yang diperlihatkan indah oleh warga sekitar yang biasa dilakukan kaum adam. Benar adanya, air terjun Dung Grujug ini juga menjadi lokasi untuk memancing karena terlihat jelas ikan yang ada di sungai air terjun ini, seperti ikan lele dan ikan sidat. Untuk ketinggian air terjun ini kurang lebih 5 meter, meski tergolong air terjun kecil dan warna air yang kecoklatan. Tidak menjadi halangan untuk menelusuri surga kecil ini. Terlebih harapan saya, agar air terjun Dung Grujug ini, dikelola masyarakat sekitar untuk dijadikan obyek wisata dan juga kebersihan agar lebih diperhatikan, terutama pengunjung air terjun Dung Grujug ini terlihat meninggalkan sampah serta dalam berselfie lebih safety karena karang terbilang cukup licin.
Untuk menuju kelokasi air terjun Dung Grujug, bisa ditempuh rute Solo-Grobogan, sesampai disimpang tiga Modro, langsung ambil rute menuju kecamatan Miri, untuk jaraknya kurang lebih 2 km dari kantor kecamatan Miri. Agar lebih nikmat, bisa membawa alat pancing sambil menikmati derau air terjun dung Grujug ini.
Usai menelusuri air terjun, saya langsung menelusuri waduk kedung ombo merupakan bendungan raksasa seluas 6.576 hektar yang areanya mencakup sebagian wilayah di tiga kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali dan Grobogan. Lokasi wisata waduk kedung ombo ini menjadi wisata andalan Sragen yang terletak dikecamatan sumberlawang, sekitar 30 km dari pusat kota. Waduk kedung ombo ini dibangun sekitar tahun 1980.
Namun blusukan  kali ini tidak diobyek wisata kedung ombo sendiri, melainkan dataran bukit sebelum menuju obyek wisata kedung ombo. Perlu diketahui obyek wisata waduk kedung ombo terletak di Desa rambat, kecamatan geyer, kabupaten Grobogan kurang lebih 29 km kearah selatan Purwodadi.


Tidak usah bingung untuk lokasinya, karena lokasi bukit kedungombo ini cukup strategis yakni kiri jalan dari arah gemolong. Dahulu lokasi ini merupakan tempat pendaratan helikopter, terlihat jelas masih ada sisa-sisa yang memperjelas bukti keberadaannya. Sampai dilokasi terpampang pagar besi yang tertutup, namun ada sedikit celah yang cukup untuk masuk. Perlu diwaspadai pula dengan keberadaan sepeda motor, karena tidak ada penjagaan dilokasi tersebut. Setelah berjalan dan menulusuri bukit kedung ombo yang terbilang tidak begitu tinggi, akhirnya saya disuguhi pemandangan yang menajubkan! Bebatuan terpampang rapi nan elok, serta view waduk kedungombo yang begitu jernih ditambah pula keberadaan perahu yang mengitari untuk memancing ikan.
Tidak hanya itu, lokasi ini memang jarang dikunjungi wisatawan. Karena wisatawan lebih memilih obyek wisata kedung ombo yang mayoritas dikunjungi keluarga, saudara, dan sebagainya untuk sekedar menjelajahi kuliner khas waduk kedung ombo yakni beberapa suguhan ikan seperti ikan emas, ikan nila, wather, dan lain sebagainya. Serta fasilitas obyek wisata kedung ombo yang menyediakan beraneka macam tempat permainan, penyewaan perahu, pohon yang rindang merupakan tempat yang cocok sekali berkumpul bersama keluarga menikmati keindahan waduk kedung ombo dan juga kuliner yang tentunya murah-meriah.

Bukit kedung ombo ini, nampak masih sepi hanya ada beberapa perahu yang melintas saja, kebahagiaan tersendiri bagi saya dan rekan perjalanan saya untuk menikmati view yang menajubkan dan juga tidak lupa mengabadikan apa yang sudah saya rekam melalui mata, akan saya bidik melalui kamera ponsel. Usai menikmati, saya dan rekan perjalanan kembali menelusuri keindahan kota Sragen, namun harapan untuk menikmati sunset dibukit kedung ombo sirna sudah, karena rasa was-was yang terlintas dibenak saya akan keadaan sepeda motor mengurungkan niat saya dan rekan perjalanan saya menikmati sunset disini.
Harapan itu kembali muncul, tatkala blusukan menjelang sore ini menuju ke Gunung Kemukus, Sumber lawang. Lokasi gunung kemukus ini cukup dikenali karena sudah ada plang yang mengisyaratkan keberadaan tersebut. Rasa kecewa tidak bisa menikmati sunset dibukit kedung ombo terbayar sudah dijembatan yang menghubungkan gunung kemukus dengan jalan yang biasa warga melintas. Saya dan rekan perjalanan kembali menikmati proses matahari tenggelam dengan membidik kamera ponsel, view yang menenangkan jiwa dan juga keamanan sepeda motor yang dijaga dengan baik oleh warga sekitar. Akhirnya perjalanan satu hari ini, usai sudah. Jangan lupa tetap menjaga keindahan alam yang sudah diciptakan Tuhan untuk umatNya.















jelajah Sukoharjo, makmur!

 SUKOHARJO – menjelajahi eksotisme daerah, khususnya Sukoharjo sebagai salah satu kabupaten provinsi Jawa Tengah ini cukup terkenal di Indonesia, sebagai sentra penghasil produk jamu atau obat tradisional yang disediakan secara tradisonal yang komposisiya dari bagian tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang dan sebagainya yang menjadi penyusun jamu, biasanya terasa pahit dan dikonsumsi secara turun temurun oleh masyarakat karena berbagai macam khasiat dan manfaat yang dihasilkan baik untuk kesehatan. Dari banyaknya pedangang jamu tradisional di kabupaten Sukoharjo, maka didirikanlah patung identitas Sukoharjo yaitu patung Jamu Gendong yang nampak didaerah Bulakrejo sebagai ciri khas kota Sukoharjo, patung ini menggambarkan seorang petani dan seorang penjual jamu gendong diberbagai kota besar.
Tetapi bukan hanya jamu saja!


Untuk itu travellingirit ala mahasiswa, mengajak sobat berkeliling kota Sukoharjo yang berbatasan dikota Solo ini, tentunya untuk mencari tempat-tempat kece yang dapat dijadikan tempat plesiran yang oke dan menghilangkan kepenatan yang ada.
Untuk memperdalam akan kecintaan kota Sukoharjo ini, memiliki slogan MAKMUR yang merupakan akronim dari Maju Aman Konstitusional Maju Unggul Rapi. Nah.. slogan ini menjadi cerminan sebagian besar masyarakat yang tinggal disana terkenal ramah serta memiliki kondisi lingkungan yang aman. Kurang apalagi? Selain masyarakat sehat karena mengkonsumsi jamu, serta penghasil jamu dan juga memiliki kota yang MAKMUR nan aman.
Jamu dan slogan makmur ini, akan menjadi bertambah daya tarik lagi akan eksotisme alam yang dimiliki Sukoharjo ini. Perjalanan pertama akan menapaki Gunung Sepikul, didesa Gentan kecamatan Bulu kabupaten Sukoharjo.
Pukul 08.00 kami berangkat dari Solo-kampus UMS, lagi-lagi dengan bermodalkan GPS alhasil perjalanan sampai ditempat tujuan, untuk rute atau arahnya berpatokan dengan wisata batu seribu, hanya berbeda arah sedikit (bisa tanya warga sekitar). Kemudian persiapan kami lakukan, meski terbilang tidak terlalu tinggi akan baiknya diperlukan streeching atau pemanasan dan juga menitipkan sepeda motor dirumah warga sekitar.
Meski pada mulanya, kami kesulitan menentukan arah untuk menuju keatas karena jalan masih belum terbentuk dan juga melewati kebun yang lumayan luas. Alhasil kami berupaya mengingat ingat rutenya, meski selama perjalanan banyak ranting dedaunan dan juga duri menusuk dikulit kami. Perjalanan tampak melelahkan selama menelusuri, memanjat diperlukan konsentrasi yang cukup tinggi untuk mencapai puncak! Kurang lebih 30 menit kami tempuh, sudah menunjukkan pukul sepuluh pertanda terik matahari mulai menampakkansenyengatan khasnya dikulit kami.


SUDAH BERADA DIPUNCAK!
“karena hasil tidak akan menghianati proses...” –tetypermana-
Beberapa pertanyaan menyeruat dibenak penulis, akan nama Gunung Sepikul ini.. sembari istirahat sambil menikmati pemandangan diatas bebatuan dan juga luas hijau sawah Sukoharjo ini, ternyata ada sejarah yang menyeruat mengenai penamaan Gunung Sepikul yang umumnya berbentuk bongkahan batu-batuan yang menjulang tinggi dan tidak ada keaktifan seperti gunung pada umumnya.
Masih ingat cerita legenda berdirinya Candi Prambanan di Jogja?
Ternyata cerita ini ada kaitannya dengan Gunung Sepikul yang ada didesa Gentan kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Gunung ini berada dikawasan wisata batu seribu dan konon batu ini dipercaya sebagai bahan pembuatan Candi Prambanan dan ketika Bandung Bondowoso gagal, ia meninggalkan begitu saja tumpukan batu tersebut hingga menjadi dikenal dengan gunung sepikul ini. Warga menyebutnya Gunung Sepikul karena posisi gunung tersebut saling bersebelahan dan sama tinggi sehingga seperti barang yang siap dipikul. Pada sekitar akhir 80-an, kawasan gunung ini pernah dipakai sebagai lokasi syuting sinetron Wiro Sableng yang juga merekrut warga sekitar untuk ikut terlibat sebagai pemain figurnya!
            Terik matahari yang menyengat menunjukkan pukul 11.00 siang, sudah menjadi pertanda kami untuk segera turun dan melanjutkan perjalanan selanjutnya. Kami kembali memacu sepeda motor menuju air terjun Krajan, atau dikenal dengan curug Krajan terletak dipegunungan Bronggang, Krajan, Weru, Sukoharjo berada sekitar 30 km dari kota Sukoharjo. Perjalanan kami terhenti sejenak, ketika melihat bunga yang dikelilingi beraneka macam kupu-kupu ini, kami sempat ternganga karena bunga yang dibiarkan tumbuh ini terletak disepetak sawah. Kami langsung menyempatkan untuk mengabadikan moment ini dengan tidak merusak sawah warga.


Sejenak menikmati, kami langsung melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan kami. Rerumputan membentang, pepohonan nampak gagah menantang langit dan juga kemericik air sungai menjadi pertanda tujuan perjalanan kami. Kali ini, terdapat tempat penitipan motor, yang akhirnya kami merasa aman untuk menitipkan motor, berbeda dengan perjalanan sebelumnya.


Menelusuri lagi !
Sekitar 400 meter dari arah tempat penitipan motor, kembali lagi kami menelusuri.. kian dekat kian terdengar suara gemericik menggoda, membuat rasa penasaran kian menggebu. Setelah berhasil mengalahkan jalan setapak yang semakin naik nan terjal, tiba lah kami menuju surga tersembunyi bernama curug Krajan itu mengobati lelah.
Curug Krajan ini, nampak gagah  setinggi kurang lebih enam meter, terdapat dua air terjun yakni sisi barat dan sisi timur, alirannya tak terpusat disatu bagian tetapi memanjang mengikuti bibir tebing.


Daya tarik kaum muda!
Gemericik curug Krajan ini menambah lengkap karena banyaknya pengunjung yang kala itu menikmati liburan bersama.
Disudut lain, pengunjung sibuk mengabadikan moment bersama dengan orang terkasih dan juga keluarga yang sengaja mengambil latar air terjun curug. Kami sempat menanyakan perihal air terjun curug Krajan ini, yang masuk wilayah Gunung Kidul dan dapat diakses dari desa Bronggang. “Kesempatan berharga bagi pengunjung, karena air terjun Krajan ini lebih indah bila musim penghujan” tutur salah satu petugas parkir setempat. Kesempatan berharga lagi, ketika kami berhasil berada dipuncak Curug Krajan ini, sembari menikmati dingin nan sejuknya curug ini, yang sebelumnya kami berada diketinggian Gunung Sepikul yang begitu panas, akhirnya terbayarkan sudah kenikmatan kota Sukoharjo MAKMUR!
Sukoharjo kota kecil yang menyimpan banyak potensi wisata keren ini butuh sedikit polesan dari pemerintah untuk mengembangkan potensi yang ada agar banyak dikunjungi traveller. Modal keindahan alam sudah terpenuhi hanya peningkatan kualitas saja yang perlu diperbarui




EUPHORIA! WWIM13 SurakERTHA


SURAKARTA – Antusias masyarakat pengguna instagram (sebut saja instagramers atau igers) khususnya diIndonesia sekarang ini terhadap akun jejaring sosial mulai marak. Kembali! event yang diselenggarakan oleh pengguna akun instagram seluruh dunia, bernama World Wide InstaMeet atau biasa disingkat dengan WWIM  ini merupakan kegiatan rutin dalam setahun diselenggarakan dua kali. Euphoria massa acara tahunan ini diselenggarakan enam bulan sekali serentak didunia,  tujuan WWIM yaitu Insta Meet secara terminologi berarti Instagram MeetUp yang merupakan sebuah kegiatan gathering atau meet up antar-Igers yang rutin dilakukan oleh komunitas mobile photography di Indonesia. 
Indonesia salah satu negara pengguna situs media sosial yang secara aktif juga meramaikan acara tahunan ini, sebagai tujuan untuk menjalin hubungan antar seluruh komunitas Igers diIndonesia yang berasal dari berbagai kota ataupun berbagai aliran minat seperti adventure, travelling, foodies, human interest, nature, black and white (BW), minimalist, urban, street dan lain sebagainya.
Kota Surakarta (24/3) salah satunya, kembali merayakan acara WWIM ke 13 ini dengan mengusung tema “Earth Day” untuk memperingati hari bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2016 disambut meriah oleh pengguna Igers se-Solo raya, puncak acara diselenggarakan diBukit Seribu, Bulu, Sukoharjo, yang merupakan salah satu obyek wisata Sukoharjo ini berhasil memukau para igers soloraya. Terbukti jumlah yang kurang lebih ada 109 peserta ini, secara aktif meramaikan acara WWIM13, salah satu peserta yang aktif mengikuti acara tahunan WWIM. Rizal Pradana (IG: @RizalPradana) mengatakan “Saya sangat antusias mengikuti acara WWIM ini, WWIM12 dan WWIM sebelumnya saya ikut. Setiap WWIM ada tempat yang saya eksplore dan teman-teman Igers, sebelumnya WWIM12 diParalayang, Karanganyar dan sekarang diBukit Seribu, Bulu, Sukoharjo. Setiap acara WWIM mempunyai kesan tersendiri, bagi saya WWIM13 ini seru! Ditambah lagi solidaritas antar sesama sangat tinggi! Meski menaiki bukit yang terbilang cukup tinggi dan cuaca panas, teman-teman Igers se-Solo raya berhasil mencapai puncak bersama! Dan ada marchendisenya pula!”.
Selain, mendapat teman-teman baru yang tentunya memiliki kegemaran sama, juga mendapat hadiah dari sponsor yang turut andil meramaikan acara dikota Solo ini. “Kalo masalah sponsor enggak susah sih nyarinya, kita juga enggak ada target harus dapat sponsor berapa dan bagaimana, acara jalan aja.. dan alhamdulillah lebih sering sponsor yang menghubungi kita”. Ida Femianti (IG: @Sutrisnoputri) ketua Pelaksana WWIM 13 Surakarta ini, selain aktif menjabat sebagai ketua pelaksana WWIM sejak WWIM11-hingga sekarang, adalah mahasiswi jurusan Analisis Kesehatan Nasional disalah satu Akademi analisis kesehehatan di Solo ini mengungkapkan, sejarah yang mendasari dirinya sebagai ketua pelaksana WWIM ini diangkat oleh para Igers Surakarta, bermula keinginan para pengguna Igers menginginkan mengadakan event WWIM seperti dijogja. “Karena Solo mempunyai banyak tempat hunting seru, maka diangkatlah kenekatan kita untuk mengadakan WWIM11 pertama kali dan  alhamdulillah jumlah pesertanya lumayan banyak, sponsor pun membanjiri” ujar mbak Ida. Ditambah lagi “next time WWIM akan diangkat tema sesuai dengan permintaan akun pemilik Instagram itu sendiri”.
 Panitia WWIM13Surakarta yang lain berhasil penulis wawancarai, seorang wanita yang gemar berpetualang ini bernama Risa Febri Pangestuti (IG: @sotoygrapher) memiliki panggilan kesayangan Sasa, oleh rekan-rekan Igers seSolo raya. Sasa merupakan mahasiswi dari jurusan Farmasi disalah satu Universitas Swasta, berhasil menjadi panitia tahunan WWIM11 hingga WWIM13 sekarang ini. Sasa dan rekan panitianya berhasil merayakan acara WWIM13 SurakERTHA diBukit Seribu, Bulu, Sukoharjo dengan tujuan untuk merayakan hari Bumi dan juga diharapkan pengguna instagram dapat menunjukkan partisipasinya dalam mencintai alam disekitar kita. Tuturnya  “Untuk respon peserta asik-asik aja, capek pasti karena WWIM13 medan yang paling berat selama ini. Biasanya sampai lokasi tinggal parkir dan udah bisa hunting. Untuk pengalaman mereka pada seneng aja, bahkan mereka bilang enggak kapok! Buktinya ada peserta langganan WWIM11 masih ikut, berarti mereka enggak kapok padahal WWIM11 lumayan melelahkan” tutur Sasa, yang kini populer  dengan hastag #AkuBocaheSasa dikalangan Igers Solo raya.
Peserta yang mengikuti WWIM13Surakarta mulai dari remaja hingga dewasa ini, sangat antusias.
Sejarah WWIM ini diadakan pertama kali di Bali pada tanggal 29 Juni 2013, dan diikuti 25 pengguna Igers yang berasal dari empat kota (Bali, Jakarta, Bandung dan Makassar). Sasa menambahkan, tujuan diadakannya Instameet ini “Untuk berdiskusi mengenai fotografi, eksplore tempat baru, dapet temen baru didunia nyata dan juga dari sinikita bisa lebih deket tanpa harus ada WWIM, kita bisa bertemu dilain waktu juga”
Di luar jadwal rutin juga mempunyai satu agenda global bernama WWIM atau World Wide Insta Meet, di mana acara ini agenda Instameet yang juga diadakan secara serentak di seluruh dunia pada tanggal yang sama. WWIM telah diselenggarakan sebanyak 11 kali, sedangkan Instameet Indonesia telah menyelenggarakan sebanyak sembilan kali dan diakui sebagai penyelenggara Instameet terbesar di dunia yang diselenggarakan di 54 kota secara serentak antara lain Jakarta, Gresik, Pontianak, Banten, Semarang, Medan, Surabaya, Tenggarong, Jombang, Jember, Manado, Bekasi, Balikpapan, Yogyakarta, Banjarmasin, Pekalongan, Solo, Padang, Makassar, Cirebon, Aceh, Tanjung Pinang, Malang, Tegal, Tasikmalaya, Pemalang, Samarinda, Banyumas, Sukabumi, Batam, Bali, Palu, Bandung, Pekanbaru, Majalengka, Lampung, Kendari, Indramayu, Depok, Madiun, Palembang, Bogor, Ternate, Bontang, Lombok, Dumai, Tuban, Cikarang, Jambi, Ponorogo, Temanggung, Ketapang, Palangkaraya, dan Flores.  Dari sekian banyak kota yang mengadakan Instameet, mereka tidak ada waktu yang spesifik untuk mengadakan Instameet. Namun, pada umumnya diadakan pada akhir pekan dan setiap minggu diadakan secara rutin oleh berbagai kota, jadi pada dasarnya setiap minggu pasti ada Instameet. 
Hastag yang meramaikan WWIM13 SurakERTHA
 #wwim13
#LifeOnEarthWWIM13
#MyEarthAction
#wwim13earth
 #wwim13SurakErtha
#instameetIndonesia
#instameetSKA
#eksploreKotaSolo
#eksploresukoharjo
#igerspelajarSolo
#urbexpeoplesoc
 #wwim13Indonesia